PENDIDIKAN
KEMASYARAKATAN
Makalah Ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Pada Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen pengampu:
M Widda Djuhan
Disusun Oleh:
M Latif Nahrowi (210309082)
KELAS/SEMESTER: TB.C / VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dewasa ini
pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia sangat pesat dan berkembang dengan
cepat, sangat banyak sekali model-model pendidikan Islam baik yang bersifat
formal, non formal maupun informal, mulai dari pendidikan pesantren, madrasah,
surau, majlis ta’lim dan lain sebagainya. Maka sebagai umat Islam sangat
penting sekali mempelajari dan mengetahui seluk-beluk, sejarah dan
perkembangannya mulai dari awal kemunculan hingga perkembangannya sampai
sekarang. Berhubung menghadapi cepatnya perkembangan tersebut yang sudah tentu
membawa perubahan, maka para pengembang pendidikan Islam, diharapkan untuk
selalu tanggap terhadap segala bentuk perubahan yang terjadi, terutama dalam
mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Maka dari permasalahan tersebut diatas, pendidikan
kemasyarakatan akan dibahas dalam makalah ini dan bisa ditarik rumusan masalah
sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah konsep pendidikan berbasis masyarakat?
2.
Bagaimana hubungan pendidikan dan lingkungan social?
3.
Bagaimana hubungan pendidikan dengan masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan
adalah suatu hal yang amat urgen dalam kehidupan umat manusia secara umum, dan
dalam kehidupan umat Islam secara khusus. Oleh karena itu Syari’at Al Qur’an
memberikan perhatian yang amat besar, sampai-sampai ayat Al Qur’an yang pertama
diturunkan adalah 5 ayat dalam surat Al ‘Alaq, yang memerintahkan umat manusia
untuk membaca dan belajar.[1]
Pendidikan
berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari demokratisasi pendidikan melalui
perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat.pendidikan berbasis
masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar sepanjang
hayat dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah-ubah dan semakin berat.
Secara
konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan
pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan memberikan
jawaban atas kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya
masyarakat ditempatkan sebagai subyek/pelaku pendidikan, bukan objek
pendidikan. Pada konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi
aktifnya dalam setiap program pendidikan.
Adapun
pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat diikutsertakan dalam
semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. Secara singkat
dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi peluamg dan kebebasan untuk
mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan menilai sendiri apa yang
diperlukan secara spesifik di dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri.[2]
B. Konsep Pendidikan Masyarakat
Konsep PBM adalah : dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat (Sihombing, U. 2001). Dari konsep di atas
dapat dinyatakan bahwa PBM adalah pendidikan yang dikelola
oleh masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan
menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar serta
bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Konsep dan praktek PBM tersebut
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri dan memiliki
daya saing dengan melakukan program belajar yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian tenaga pendidikan
(pihak-pihak terkait) harus melakukan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada
masyarakat. Menurut Sagala, S., 2004 akuntabilitas dapat mengembangkan
persatuan bangsa serta menjawab kebutuhan akan pendidikan bagi masyarakat.
Pengembangan akuntabilitas terhadap masyarakat akan menumbuhkan inovasi dan
otonomi dan menjadikan pendidikan berbasis pada masyarakat (community based
education).
Untuk mewujudkan output pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dibutuhkan pendidikan yang
bermutu. Apabila kita lihat mutu pendidikan di negara kita saat ini masih
menghadapi beberapa problematika. Beberapa problem mengenai mutu pendidikan
kita seperti yang diungkapkan DR. Arief Rahman dalam Mukhlishah, 2002 adalah :
- Pembiasaaan atau penyimpangan arah pendidikan
dari tujuan pokoknya.
- Malproses
dan penyempitan simplikatif lingkup proses pendidikan menjadi sebatas
pengajaran.
- Pergeseran
fokus pengukuran hasil pembelajaran yang lebih diarahkan pada aspek-aspek
intelektual atau derajat kecerdasan nalar.[3]
Dari
beberapa penjelasan diatas maka dapat kita pahami, bahawasannya konsep-konsep
pendidikan yang ada di masyaraat haruslah memperhatikan kondisi social
masyarakat tersebut dan juga pendidikan adalah untuk masyarakat tersebut juga.
C. Peran Pendidikan Dalam Masyarakat
Sebagian besar
masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci
dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan
anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial
dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang
berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada
orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma
yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya.
Pendidikan juga
diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan
kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan
keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan
anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu
masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Berbicara
tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat ada bermacam-macam
pendapat, di bawah ini disajikan tiga pendapat tentang fungsi pendidikan dalam
masyarakat.
Menurut Wuradji (1988) menyatakan bahwa pendidikan sebagai
lembaga konservatif mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.
Fungsi sosialisasi
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan
masyarakat yang telah mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan
dengan nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun.
Keseluruhan proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan
nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi. Proses
sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita
semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses sosialisasi.
Orang tua dan keluarga berharap sekolah dapat melaksanakan
proses sosialisasi tersebut dengan baik. Dalam lembaga-lembaga ini guru-guru di
sekolah dipandang sebagai model dan dianggap dapat mengemban amanat orang tua
(keluarga dan masyarakat) agar anak-anak- memahami dan kemudian mengadopsi
nilai-nilai budaya masyarakatnya.[4]
2.
Fungsi control social
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap
tatanan tradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga pelayanan
sekolah untuk melakukan mekanisme kontrol sosial. Durheim menjelaskan bahwa
petididikan moral dapat dipergunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat
egoisme pada anak-anak menjadi pribadi yang merupakan bagian masyarakat yang
integral di mana anak harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial.
(Jeane H. Bellatine, 1983, p.8).
Melalui pendidikan semacam ini individu mengadopsi
nilai-nilai sosial dan melakukan interaksi nilai-niiai tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari Selanjutnya sebagai individu sebagai anggota
masyarakat ia juga dituntut untuk memberi dukungan dan berusaha untuk
mempertahankan tatanan sosial yang berlaku.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan
dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan
program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam
nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai
masyarakat.[5]
3.
Fungsi pelestarian budaya
masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu
budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai
budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian
daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi
kepentingan sekolah dan sebagainya.[6]
4.
Fungsi seleksi, latihan dan
pengembangan tenaga kerja.
Jika kita amati apa yang terjadi dalam masyarakat dalam
rangka menyiapkan tenaga kerja untuk suatu jabatan tertentu, maka di sana akan
terjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan, latihan untuk suatu jabatan dan
pengembangan tenaga kerja tertentu.
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan
pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk
menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk
memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan
terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan
untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan
pekerjaan yang dipangkunya.[7]
5.
Fungsi pendidikan dan perubahan
sosial.
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan
sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan
fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi
ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
Fungsi pendidikan dalam perubahan sosial dalam rangka
meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan-keyakinan
dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir manusia. Pendidikan dalam era abad
modern telah berhasil menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan
kemampuan berpikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada dan
diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan.
Pengaruh dan upaya pengembangan berpikir kritis dapat
memberikan modifikasi (perubahan) hierarki sosial ekonomi. Oleh karena itu
pengembangan berpikir knitis bukan saja efektif dalam pengembangan pnibadi
seperti sikap berpikir kritis, juga berpengaruh terhadap penghargaan masyarakat
akan nilai-nilai manusiawi, perjuangan ke arah persamaan hak-hak baik politik,
sosial maupun ekonomi.[8]
6.
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh
corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi
pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan
sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat
seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah
dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan
masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama,
adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan
apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan
yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan
perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku
pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan
masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.[9]
D. Hubungan pendidikan dan Masarakat
Pendidikan berkenaan
dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik, kelakuan manusia pada
hakikatnya hamper seluruhnya bersifat social,yakni dipelajari dalam interaksi
dengan manusia lainnya. Dengan demikian pula kelompok atau masyarakat menjamin
kelangsungan hidupnya melalui pendidikan.
Agar masyarakat itu dapat menunjukkan eksistensinya, maka kepada
anggota mudanya haruslah diteruskan dengan nilai-nilai, pengelolaan,
ketrampilan dan bentuk-bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan dimiliki
boleh setiap anggota kelompok atau masyarakat tersebut.[10]
Dalam artian pendidikan dimulai dengan interaksi antara
individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam hidup bermasyarakat, satu
bersama lain saling membutuhkan, manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai
aktifitas dan berinteraksi satu dengan yang lain serta masing-msing memenuhi
kebutuhan hidupnya.[11]
Dalam masyarakat primitive tidak ada pendidikan formal yang
tersendiri, juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan pola
kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau
sosialisasi informal.[12]
Namun sering dikatakan bahwasannya pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
formal disekolah, yakni orang yang berpendidikan adalah orang yang bersekolah.
Akan tetapi disisilain esensi dari pendidikan bukanlah hanya dipendidikan yang
formak saja tapi pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan yang
berhubungan atau berinteraksi langsung
dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Arifin. Ilmu
Sosial Dasar. Bandung : CV Pustaka
Setia 1999.
Nasution, S. Sosiologi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2011.
Surakhmad, Winarno. Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah Dalam Rangka Pengembangan Pendidikan Berbasis
Masyarakat. Semarang: Kanwil Depdiknas Propinsi Jawa Tengah, 2002.
http//
fungsi-dan-peranan-pendidikan-dalam-masyarakat.html
diakses tanggal 11 maret 2012.
http//
sepercik-cahaya-keindahan-islam-pendidikan-dan-kemasyarakatan-4-a-376.html. Di akses tanggal 11 Maret 2012.
http//konsep-pendidikan-berbasis-masyarakat.html. Di akses tanggal 11 Maret 2012.