indonesia

indonesia

Minggu, 30 Januari 2011

  PERIODE NABI MUHAMMAD DI MEKKAH

A. PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang besar, dan dibesarkan oleh orang nomor satu dunia yaitu Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kejayaan dan penyebaran agama Islam. Beliau adalah sosok mulia yang menghabiskan hari-harinya dengan berdakwah menyampaikan risalah Tuhan. Beliau tidak pernah lelah dan menyerah menghadapi hinaan, caci maki serta perlawanan dari musuh-musuh Islam. Beliau adalah pribadi sempurna yang telah memberikan cahaya kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah panutan sepanjang zaman, dan ajaran serta pengabdian beliau selalu menjadi prioritas utama bagi umat Islam yang benar-benar talah mengislamkan dirinya, hatinya dan jiwanya. Sosok agung beliau yang telah meninggalkan kita sekian abad yang lalu, menambah cinta dan rindu kita kepadanya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya, pada keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang selalu setia dalam perjuangan menegakkan Agama Islam, dan untuk seluruh pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Rasulullah telah mengajarkan kepada seluruh umat Islam tentang betapa beratnya menegakkan kalimah tauhid, dan Rasulullah selalu optimis terhadap janji Allah bahwa agama yang benar adalah Islam, dan kebenaran itu yang membuat Rasulullah memiki kekuatan yang luar biasa. Keyakinan akan Kebenaran Hakiki yang membuat beliau mampu merobohkan tembok-tembok kemusyrikan, dan keyakinan itulah yang membawa Islam kepada kejayaan.

B. PEMBAHASAN
1. Awal Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Kehidupan masyarakat arab secara sosio politis mecerminkan kehidupan derajat yang rendah. Perbudakan, mabuk, perzinaan dan perang suku mejadi karakter perilaku mereka. Dari aspek keagamaan, orang-orang arab Mekkah adalah para penyembah berhala. Berangkat dari kondisi inilah dalam sejarah dicatat bahwa Nabi Muhammad sering melakukan kontemplasi atau ‘uzlah untuk mendapatkan jawaban apa dan bagaimana harusnya membangun kehidpan masyarakat arab.
Setelah melalui perenungan yang lama dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran Rasulullah SAW dan kaumnya, beliau nampak lebih menggandrungi untuk mengasingkan diri. Hal ini terjadi tatkala beliau menginjak usia 40 tahun beliau membawa roti dari gandum dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak di jabal Nur , yaitu sejauh hampir 2 mil dari Mekkah.
Di dalam gua tersebut, beliau berpuasa Ramadhan, memberi makan orang-orang miskin yang mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam beribadah dan berfikir mengenai pemandangan alam di sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam menciptakan dibalik itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang amburadul dan cara pandang yang rapuh membuatnya tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki jalan yang jelas, manhaj yang terprogram serta cara yang terarah yang membuatnya tenang dan setuju dengannya.
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau Rasul SAW ini merupakan bagian dari aturan Allah terhadapnya. Juga, agar terputus hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap mengemban amanah kubro, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah yang sudah di atur oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan risalah. Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi dibalik wujud tersebut hingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah memperkenankannya. Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Nabi Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Sejumlah wahyu datang kepadanya seperti cahaya terbit fajar. Firman pertama yang diwahyukan kepadanya lima ayat pertama dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5 :
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi SAW mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi SAW, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
2. Sistem Dakwah Nabi di Mekkah
Kemudian wahyu terputus selama 40 hari. Maka, rasulloh sedih atas kejadian ini. Maka, Jibril datang kembali kepadanya dan duduk diatas kursi diantara langit dan bumi dalam rupanya yang asli. Kemudian beliau kembali datang menemui Khotijah dengan berkata,” selimutilah aku..., selimutilah aku...” Maka, Alloh menurunkan wahyu-Nya.
1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. Bangunlah, lalu berilah peringatan! 3. Dan Tuhanmu agungkanlah! 4. Dan pakaianmu bersihkanlah, 5. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

Ayat-ayat tersebut merupakan permulaan dari masa kerasulan (risalah) beliau alias datang setelah masa kenabian (nubuwwah) yang berjarak selama masa turunnya wahyu. Ayat-ayat tersebut mengandung dua jenis taklif (pembebanan syara’) beserta penjelasan konsekuensinya.
Jenis pertama adalah mentaklif beliau dengan penyampaian (al-Balagh) dan peringatan (at-Tahzir) saja. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala: “bangunlah! Lalu berilah peringatan” (Surat al-Muddatstsir:2); makna ayat ini adalah agar beliau memperingatkan manusia akan azab Allah atas mereka jika mereka tidak bertaubat dari dosa, kesesatan, beribadah kepada selain Allah Yang Maha Tinggi serta berbuat syirik kepadaNya dalam zat, sifat-sifat, hak-hak dan perbuatan-perbuatan.
Jenis kedua adalah mentaklif beliau dengan penerapan perintah-perintah Allah terhadap zat-Nya dan komitmen terhadapnya dalam jiwa beliau agar mendapatkan keridhaan Allah dan menjadi suri teladan yang baik bagi orang yang beriman kepada Allah. Hal ini tercermin pada ayat-ayat berikutnya. FirmanNya Ta’ala: “dan Rabb-mu agungkanlah!”(al-Muddatstsir: 3); maknanya adalah khususkanlah Dia Ta’ala dengan pengagungan dan janganlah menyekutukanNya dengan seseorangpun.
Dan firmanNya: “dan pakaianmu bersihkanlah!” (al-Muddatstsir:4); makna lahiriyahnya adalah menyucikan/membersihkan pakaian dan jasad sebab tidaklah layak bagi orang yang mengagungkan Allah dan menghadapNya dalam kondisi dilumuri oleh najis dan kotor. Jika saja kesucian/kebersihan ini dituntut untuk dilakukan maka kesucian/kebersihan diri dari virus-virus syirik, pekerjaan dan akhlak yang hina tentunya lebih utama untuk dituntut.
Dan firmanNya: “dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah!” (al-Muddatstsir:5) ; maknanya adalah jauhkanlah dari sebab-sebab turunnya kemurkaan Allah dan azab-Nya, dan hal ini direalisasikan melalui komitmen untuk ta’at kepadaNya dan meninggalkan maksiat.
Sedangkan firman-Nya: “dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak!” (al-Muddatstsir: 6); yakni janganlah kamu berbuat baik dengan menginginkan upah dari manusia atasnya atau balasan yang lebih utama di dunia ini.
Adapun makna ayat terakhir (yang diturunkan saat itu kepada beliau-red); didalamnya terdapat peringatan akan adanya gangguan dari kaumnya ketika beliau berbeda agama dengan mereka, mengajak mereka kepada Allah semata dan memperingatkan mereka akan azab dan siksaanNya; yaitu dalam firmanNya: “dan untuk memenuhi (perintah Rabb-mu) bersabarlah!” (al-Muddatstsir: 7).
Permulaan ayat-ayat tersebut (surat al-Muddatstsir) berbicara tentang panggilan langit nan agung –terekam dalam suara Yang Maha Besar dan Maha Tinggi– yang mengajurkan agar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan urusan yang mulia ini dan memerintahkannya agar mengenyahkan tidur, selimut dan berhangat-hangat guna menyongsong panggilan jihad, berjuang dan menempuh jalan penuh ranjau; ini tergambar dalam firmanNya: “Hai orang yang berselimut! bangunlah! Lalu berilah peringatan” (Surat al-Muddatstsir:2).
Melalui ayat-ayat itu Alloh memerintahkan untuk memberi peringatan kepada kerabat-kerabatnya, kemudian kaumnya, lalu kepada bangsa arab dan smua manusia di muka bumi.
Orang pertama yang beriman kepadanya dari kalangan dewasa adalah sahabatnya sendiri yang bernama Abu Bakar,dari kalangan wanita adalah isterinya sendiri Khodijah binti Khuwailid, dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abu Tholib, sedangkan dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah. Periode ini berlangsung selama 3 tahun. Rasulloh bersama kaum mukminin berkumpul di rumah Arqom bin Abi al-Arqom untuk mengajarkan urusan agama mereka. Sejak saat itu orang qurais telah menyatakan permusuhan kepadanya. Pada masa itulah dikenal istilah assabiqunal awwalun atau orang-orang yang pertama memeluk islam. Baru setelah turun surat al-Hijr ayat 94 Rasul mulai menjalankan dakwahnya untuk umum.
Langkah pertama yang di ambil oleh rasladalah mengumumkan islam kepada seluruh khalayak umum. Maka, Rasulloah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang-orang Mekkah. Beliau bersabda, “bagaimana pendapat kalian jika aku kabarkan kepada kalian bahwa di lembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayai apa yang saya ucapkan?” Mereka menjawab, “Ya, kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta.” Maka, Rasulloh bersabda “Ketahuilah bahwa sesunggguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih. Lalu Rasulloh mengajak mereka beriman kepada Alloh.
Pada kesempatan itu Abu Lahab berteriak : ” Celakalah engkau hai Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” sebagai balasan terhadap apa yang dikatakan oleh Abu Lahab, maka turunlah ayat yang membalas Abu Lahab, dan dinamakan surah al-Lahab 1-5 :
Artinya :
“1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. 2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu baker. 5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab disebut pembawa kayu bakar Karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim.
Reaksi keras juga bermunculan menentang dakwah Nabi Muhammad SAW, tapi usaha-usaha dalam meyebarkan dakwah Islam ini terus berlangsung dan tidak pernah mengenal kata lelah sehingga hasil yang diraih mulai nyata. Jumlah pengikut Nabi yang pada awalnya hanya belasan orang dan hanya dari kalangan kerabat dan sahabat semakin hari makin bertambah. Hampir setiap hari ada yang menyatakan diri sebagai seorang Islam dan mengislamkan diri serta keluarga mereka. Mereka kebanyakan adalah wanita, kaum budak, pekerja, kaum, miskin dan lemah. Meskipun kebanyakan dari pemeluk agama Islam adalah dari kaum lemah namun semangat Islam mereka sangat keras dan kuat, dan mereka berperan dalam perjuangan Islam dan mensosialisasikan Islam kepada kerabat dan keluarga mereka masing-masing, sehingga perkembangan Islam semakin tampak dan besar.
Tantangan terbesar dalam perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW adalah dari kaum penguasa dan pengusaha Mekkah, kaum feodal dan kaum pemilik budak. Karena ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW bertentangan dengan tradisi lama mereka dan mereka khawatir nilai tradisi yang telah mereka anggap sebagai Tuhan akan dinodai oleh ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Disamping itu, mereka juga khawatir akan sistem dan struktur masyarakat akan berubah dan kepentingan dagang mereka akan terancam dengan kehadiran ajaran Nabi Muhammad SAW yang menitik beratkan terhadap keadilan sosial dan persamaan derajat.
Usaha demi usaha terus dilakukan untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad tersebut, tapi Rasulullah terus menyampaikan amanah ajaran agama Islam yang mulia ini. Rasulullah menyampaikan agama dengan jalan hikmah (kebijaksanaan) dan membantah serta memberikan pengajaran dengan cara yang baik kepada seluruh umat manusia, sesuai dengan Firman Allah pada surah An Nahl ayat 125 yang berbunyi :
Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dan pada surah Al Mu’minun ayat 96 Allah juga memerintahkan kepada Nabi untuk sabar terhadap apa yang dilakukan kaum kafir terhadap dirinya dan memperlakukan mereka dengan hasanah (baik) :
Artinya : “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan”.
Maksudnya perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan kaum musyrikin yang tidak baik itu hendaklah dihadapi oleh Nabi dengan yang baik seperti dengan memaafkannya, Asal tidak membawa kepada Kelemahan dan kemunduran terhadap dakwah Islam.
Namun demikian, perlawanan demi perlawanan dari kaum quraisy tiada henti-hentinya menghujam pada kaum muslimin. Mereka tetap berusaha untuk membinasakan kaum muslimin. Terutama Nabi SAW. Melihat kondisi itu akhirnya Nabi memberi keputusan untuk mengungsikan sahabat-sahabat beliau ke luar dari Mekkah untuk sementara waktu ke daerah Abessinia (nama kuno dari Ethiopia) sebuah negara di Afrika Timur, Dan Nabi Muhammad SAW memberikan instruksi kepada umat Islam untuk menyebar keseluruh negeri untuk menyelamatkan diri sementara waktu, dan beliau memberi isyarat untuk pergi ke Abessinia yang pada saat itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Najsyi, dan masyarakat disana kebanyakan menganut agama monotheis (Nasrani) yang pada dasarnya sama dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan dalam Al-Qur’anul Karim pun nama Isa disebut sebagai salah satu nabi dari umat Islam.
Maka berangkatlah beberapa orang ke daerah tersebut, diantaranya yang berangkat adalah Usman bin Affan beserta isterinya Ruqayyah, Abu Salamah beserta isterinya, Abu Sabrah bin Abi Rahm beserta isterinya, Ummu Kalsum dan lainnya, yang berjumlah 15 orang. Muhajirin tersebut berangkat menuju Abessinia melewati Laut Merah.
Setelah berada disana untuk waktu kurang lebih tiga bulan para Muhajirin tersebut akhirnya kembali lagi ke Mekkah. Sesampainya disana mereka masih saja mendapat perlakuan yang keras dari kaum Quraisy dengan perlakuan dan ancaman akan dibunuh tetap mereka terima. Nabi Muhammad SAW memerintahkan mereka untuk kembali ke daerah Abessinia untuk sementara waktu, hingga keadaan di Mekkah stabil dan mereka aman untuk menetap kembali. Mereka mendapat perlindungan dan penghormatan dari Raja Abessinia, karena dianggap ajaran Muhammad sama dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa, dan Isa a.s. Beberapa orang ada yang menetap dan kebanyakan kembali ke Madinah, setelah mendengar hijrahnya Nabi Muhammad ke daerah Madinah untuk menghindari panganiyayaan dari kaum Quraisy.
Tidak dapat disangkal bahwa peranan Abu Tholib amat besar dalam pertumbuhan islam. Sebagai orang yang dituakan dan orang yang dihormati dalam masyarakat Quarais dia tetap di segani para pembesar Qurais sehingga selagi Abu Tholib masih hidup orang-orang Qurais masih tetap enggan untuk memusnahkan nabi dan para pengikutnya oleh karenanya berbagai upaya dilakukan oleh mereka untuk mematahkan semangat perjuangan Nabi termasuk dengan sarana bujukan dan rayuan keni’matan duniawi.
Pada tahun sepuluh kenabian pamannya Abu Tholib meninggal dunia. Yang amat menyidihkan nabi adalah kenyataan bahwa pamannya Abu Tholib pelindung perjuangan islam yang dilakukan Nabi, meninggal dunia sebelum mengikuti ajaran Nabi. Belum lama setelah pelindungnya meninggal nabi harus mengalami kesedihan berikutnya. Khotijah istri tercinta harus pulang menghadap Alloh. Disamping sebagi istri Khotijah sebagai pendukung moril dan penunjang dana bagi perjuangan Nabi. Hal itu membuat nabi sangat sedih.
3.Hikmah perjalanan Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Dari sekian panjang perjalanan dan perjuangan Rasul untuk menegakkan islam, dapat diambil hikmah :
a.Menyadari bahwa keuletan dan kesabaran dalam menegakkan agama Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah.
b.Memahami bahw tugas Rasul hanya sekedar menyampaikan perintah Allah dan tidak dapat memberikan hidayah, meskipun ke keluarga terdekat sekalipun.
c.Meneladani sikap nabi Muhammad yang tegar dan kukuh dalam melakukan tugasnya walaupun dalam kondisi dan memiliki banyak rintangan.
d.Berbuat baik akan mendapatkan cobaan dari Allah untu menambah Iman kita.
Pelajaran pokok dari dakwah rasul adalah tentang pokok-pokok ajaran islam, antara lain beriman kepada Alloh, rasul-Nya dan hari yang kemudian, serta amal ibadah yaitu sholat, adapun zakat belum diperinci di Mekkah, bahkan zakat pada waktu itu berarti sedekah pada fakir miskin dan anak-anak yatim selain itu nabi juga menyuruh manusia untuk berahklak baik.
Sedangkan pelajaran yang dapat kita ambil dari peribadi rasul dalam berdakwah antara lain pantang menyerah, bekerja keras, rajin berkholwat (riyadhoh, berlatih), hidup sederhana mempelajari pelajaran sesuai dengan kondisinya, konsisten menjaga amanah, mampu berdampingan dengan non-muslim berlaku sebagai masyarakat madani.

C.KESIMPULAN
1.Sesudah Nabi Muhammad SAW brusia 40 tahun barulah mendapatkan wahyu untuk menyiarkan risalah dari Alloh SWT (QS. Al-Alaq 96;1-5) dan dipertegas dengan turunnya wahyu yang kedua untuk menjalankan perintah dakwah (QS. Al-Muddatstsir 74;1-7)
2.Sistem dakwah yang dilakukan di mekkah pada awal perjuangan beliau dengan sembunyi-sembunyi atau dengan menggunakan pendekatan individu internal. Pada fase inilah terjadi istilah assabiqunal awwalun atau orang-orang pertama memeluk islam. Baru pada saat turunnya (QS. Al-Hijr ayat 94) mulai menjalankan dakwahnya untuk umum.
3.Pada masa dakwah terbuka inilah tantangan mulai dilancarkan oleh kaum-kaum yang tidak menghendaki ada ajaran baru yaitu islam. Sehingga beliau memutuskan beberapa kali untuk meninggalkan kota Mekkah. Yang pertama beliau berhijrah ke Etopia untuk mendapatkan perlindungan dari raja Negus yang terkenal adil dan akhirnya hijjrah ke Yatsrib (al-Madinah al-Munawarah) dan menjadi tonggak awal dari kejayaan umat islam.
4.Sebelum Nabi SAW hijjrah beliau mendapat rintangan berat tetkala ada di Mekkah seperti halnya pengucilan terhadap bani Hasyim.sesudah itu Nabi SAW mengalami masa kesediahan yaitu ditinggal oleh orang-orang yang di cintainya yaitu istri pertama beliau Siti Khotijah dan paman beliau Abu Tholib, sebagai seorang pelindung Nabi SAW dari serangan kaum qurais. Itu merupakan awal permusuhan langsung kaum qurais kepada Nabi SAW sehinnga harus memutuskan Hijjrah ke Yatsrib beserta 150 umat islam yang ada.
5.Pada awal-awal penyebaran islam era Mekkah, belum mencangkup seluruh aspek kehidupan masyarakat atau peradaban. Mengenai hal tersebut disebabkan adanya fase awal membutuhkan sosialisasi untuk dapat dikenal dan di terima oleh masyarakat setempat. Jadi unsur-unsur kemasyarakatan seperti politik, ekonomi dan budaya belum tersentuh perubahanyang berdasarkan ajaran islam.
 DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Usairy, Ahmad . Sejarah Islam. Jakarta. Akbar Media Eka Sarana. 2003.
Djouhan, M. Widda. Sejarah Peradapan Islam. Ponorogo. LPPI STAIN Ponorogo. 2009.
Su’ud, Abu. Islamologi, Sejarah Ajaran, dan Peranan dalam Perdaban Umat Islam. Jakarta. Riveka Cipta. 2003.
Supriyadi. Dedi. Sejarah Peradaban Islam.Bandung. Pustaka Setia. 2008.
Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Hida Karya Agung. 1981.
http://ari2abdillah.wordpress.com/2007/06/25/dakwah-periode-mekah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
http://peperonity.com/go/sites/mview/sejarahend/18186283
http://www.2lisan.com/readmore/sejarah+dan+perjuangan+nabi+muhammad+saw+di+makkah.
http://www.scribd.com/doc/9470519/Makalah-Agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar